TANTANGAN DAY 8 : CYBER PEDAGOGY 1A
Hari ke : 8
Tema : Cyber Pedagogy 1A
Hari/ Tanggal : Jumat, 17 Juni 2022
"Secanggih apapun tehnologi tidak akan pernah dapat menggantikan posisi guru.
Tetapi guru yang tidak menggunakan teknologi akan segera tergantikan"
Tantangan hari ke-8 pagi ini, ingin melanjutkan tentang Cyber Pedagogy 1A yang bersumber dari youtube Prof. Richardus Eko Indrajit feat Ranny Rach dengan link https://youtu.be/cUxPW-raQYE
Di dalam link tersebut, disampaikan tentang kegelisahan ibu Ranny Rach kepada Prof Eko tentang situasi adiknya yang duduk di tingkat SMA dan sedang mengikuti UAS, namun terihat tidak melakukan persiapan UAS dengan belajar dan justru sibuk bermain Hp. Namun si adik melakukan pembelaan diri dengan mengatakan bahwa si adik belajar dengan menggunakan aplikasi platform pembelajaran online, yang dirasa lebih mudah karena ada simulasi dan animasinya dengan penjelasan materi lebih padat dan sesuai dengan materi yang ada di sekolah.
Sebagai guru, tentunya kita telah melakukan dan memberikan pembelajaran online dengan menggunakan berbagai platform pembelajaran online, terlebih lagi pada saat pandemi berlansgung. Namun sejauh apa pembelajaran yang telah kita berikan kepada mereka bermanfaat dan mudah untuk dipahami mereka, semua tergantung dari kompetensi guru masing-masing dalam menyajikan materi pembelajaran tersebut.
Dari penjelasan yang disampaikan oleh Prof. Eko yang sering memberikan berbagai seminar kepada guru dan dosen di banyak tempat, menyimpulkan bahwa materi pembelajaran yang di sekolah, diakui oleh guru-guru hampir 100% ada di internet dan juga diakui oleh para peserta didik bahwa pembelajaran yang mereka temukan di internet jauh lebih menanrik dan lebih mudah dipahami dibanding dengan yang disaampaikan oleh guru di depan kelas.
Tak dapat dibohongi bahwa proses pembelajaran telah mengalami perubahan yang sangat signifikan.. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi yang sangat pesat dan bahkan dirasa oleh generasi terdahulu untuk mengejar dan menyesuaikan diri dengan segala tuntutan yang ada.
Fenomena yang terjadi itu merupakan signal bagi para guru untuk melakukan perubahan dengan meng-update pengetahuan dan ketrampilannya yang dimiliki dengan belajar dan menguasai ilmu mendidik dalam lingkungan internet, dalam lingkungan cyber atau yang lebih trend di sebuat dengan Cyber Pedagogy.
Hal ini tentunya menjadi sangat penting bagi guru, agar tidak salting (salah tingkat) ketika mengajar dihadapan peserta didik yang kemungkinan sudah mengetahui materi pembelajaran lebih dulu dan bahkan lebih lengkap dari apa yang akan disampaikan guru di depan kelas.
Karena di era revolusi 4.0 peran guru tidak lagi hanya sekedar sebagai pengajar yang mentransfer ilmu kepada peserta didik. Peran guru telah berubah menjadi seorang fasilitator bagi peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan secara mandiri.
Perlu dipahami bahwa Cyber Pedagogy berbeda dengan Digital Pedagogy yang cenderung menggunakan alat-alat digital seperti pembelajaran yang menggunakan komputer yang stand alone ( tidak dihubungkan ke internet), sebagai contoh CD room yang dulu pernah digunakan. Sedangkan Cyber Pedagogy penggunaannya lebih luas, karena proses pembelajaran pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan internet sehingga dengan berbagai cara seperti melalui email atau WA dapat berdiskusi secara langsung dengan banyak guru yang tidak terbatas pada suatu tempat dan waktu.
Jadi secara harafiah Cyber dapat dijelaskan sebagai arena virtual (keberadaannya diakui, namun secara fisik tidak ada) sehingga meskipun tidak ada perjumpaan secara fisik namun dapat berkomunikasi secara langsung dengan jarak dan jumlah yang terbatas melalui aplikasi yang terdapat di server komputer atau yang lebih dikenal dengan arena virtual.
Berbicara tentang cyber, tentu saja tidak terlepas dari teknologi dan perkembangannya. Bila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka tehnologi memiliki peran dan fungsi untuk memfasilitasi proses belajar mengajar dengan harapan dapat mempermudah dan meningkatkan kinerja guru untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
Secanggih apapun tehnologi tidak akan pernah dapat menggantikan posisi guru. Tetapi guru yang tidak menggunakan teknologi akan segera tergantikan.
Terkai dengan isu yang mengatakan bahwa peran guru akan tergantikan oleh tehnologi, dijelaskan oleh Prof, Eko bahwa semua aspek yang sifatnya humanis, yang dimiliki guru sebagai manusia, tidak akan pernah tergantikan oleh mesin, Contohnya tugas guru untuk memberikan inspirasi, aspirasi, motivasi kepada peserta didik tidak akan dapat dilakukan oleh mesin yang bernama teknologi.
Namun sebaliknya yang terjadi adalah peran guru yang tidak menggunkan teknologi akan segera tergantikan. Karena pusat belajar ada pada siswa, maka guru juga harus menyesuaikan diri dengan karakteristik kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan teknologi. Hal ini tentunya yang menjadi tantangan bagi guru, jika tidak ingin tersingkirkan.
Jadi apa yang harus dilakukan guru di era revolusi 4.0 saat ini ?
Yah, guru harus berusaha untuk merubah diri dengan open mind (pola pikir) dan open heart (hati) sehingga mau tidak mau, guru harus terus belajar untuk meningkatkana kompetensi profesional dan kinerjanya melalui penguasaan teknologi sehingga nantinya dapat digunakan untuk mengoptimalkan pekerjaannya
Selamat datang para guru terkasih, di dunia cyber yang siap untuk membantu mengoptimalkan tugas guru
Ulasannya luar biasa, kereeen inspiratif banget
BalasHapusTerimakasih bu Mut 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
BalasHapusMantap luar biasa bu teri
BalasHapusMantaab prolognya... Mbak There
BalasHapusBu There tulisannya luar biasa bagusnya mantap.
BalasHapus